Tes Pendengaran

* The preview only display some random pages of manuals. You can download full content via the form below.

The preview is being generated... Please wait a moment!
  • Submitted by: mylogyi
  • File size: 181.6 KB
  • File type: application/pdf
  • Words: 1,053
  • Pages: 33
Report / DMCA this file Add to bookmark

Description

TES PENDENGARAN DAN TES KESEIMBANGAN

PURE-TONE AUDIOMETRY Purpose The usual primary purpose of pure-tone tests is to determine the type, degree, and configuration of hearing loss

Pure-tone audiometry Pure-tone audiometry is a behavioral test measure used to determine hearing sensitivity. This measure involves the peripheral and central auditory systems. Pure-tone thresholds (PTTs) indicate the softest sound audible to an individual at least 50% of the time. Hearing sensitivity is plotted on an audiogram, which is a graph displaying intensity as a function of frequency.

 Audiogram  The audiogram is a chart of hearing sensitivity with frequency charted on the abscissa and intensity on the ordinate  Intensity is the level of sound power measured in decibels; loudness is the perceptual correlate of intensity.  For threshold testing intensity, decibels are measured in hearing level (HL), which is based on the standardized average of individuals with normal hearing sensitivity. HL is not equivalent to sound pressure level (SPL), but the American National Standards Institute (ANSI) has defined a relationship between SPL and HL for each audiometric frequency from 250-8000 Hz.

 Frequency  Frequency is cycles per unit of time.  Pitch is the perceptual correlate of frequency. Frequency is measured in hertz, which are cycles per second. Usually frequencies of 2508000 Hz are used in testing because this range represents most of the speech spectrum, although the human ear can detect frequencies from 20-20,000 Hz. Some children can detect even higher frequencies.

TULI KONDUKTIF

Tuli Konduktif (Conductive Hearing Loss) 1. Etiologi Kongenital meatal atresia fiksasi dasar stapes fiksasi kepala malleus diskontinuitas osikular cholesteatoma kongenital

Didapat a). Telinga luar : obstruksi b). Telinga tengah : perforasi membran timpani, terdapat cairan (OMA), massa tumor

2. Karakteristik Tuli Konduktif Tes Rinne (-), AC < BC atau BC > AC Tes Weber : lateralisasi ke sisi sakit Konduksi tulang normal Audiometri : BC > AC (+) Tuli tidak lebih 60 dB Pemisahan suku kata baik

TULI SENSORI-NEURAL

 Tuli Sensory neural (Sensory Neural Hearing Loss)  1. Etiologi  Kongenital  Didapat Infeksi labirin Trauma labirin Obat ototoksik Penyakit Meniere Sistemik : DM, hipotiroid, autoimun

2. Karakteristik Tuli Sensori Neural Tes Rinne (+), AC > BC Tes Weber : lateralisasi ke sisi sehat Peningkatan frekuensi Tidak terdapat jeda antara konduksi udara-tulang Tuli lebih 60 dB Pemisahan suku kata buruk

TULI CAMPUR ( KONDUKTIF DAN SENSORINEURAL)

Tes Suara -10-25 dB-tanpa gangguan-Tidak ada kesulitan mendengar, dapat mendengar bisikan 26-40 dB-Bisa mendengar, meniru kata dengan suara normal jarak 1 meter (ringan) 41-60 dB-Bisa mendengar suara keras jarak 1 meter (sedang)

61-80 dB berat-Bisa mendengar suara diteriakkan dekat telinga >81 dB sangat berat-Tidak mendengar suara diteriakkan dekat telinga

Tes Gangguan Pendengaran Tes Pendengaran dapat menggunakan 2 jenis yaitu : 1. Tes Sederhana yang terdiri atas :  - Tes bisik  - Tes Garputala ( Rinne, Weber, Schawah) 2. Tes Audiometri

Tes Bisik  Syarat  Tempat ruangan sunyi, tidak ada echo, serta ada jarak sepanjang 6 meter  Penderita :  - mata ditutup/dihalangi  - telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa telinga yang tidak diperiksa ditutup atau dimasking mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan  Pemeriksa :  - kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan paru-paru sesudah ekspirasi biasa  - kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang dikenal penderita (kata benda yang ada di sekeliling kita)

 Teknik Pemeriksaan  Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap di tempat, sedangkan pemeriksa berpindah tempat  Mulai pada jarak 1 meter, dibisikkan 5 atau 10 kata. Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 meter, kemudian dibisikkan kata-kata lain dengan jumlah yang sama.  Apabila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur lagi sampai pada jarak di mana penderita hanya mendengar 80% kata-kata, pada jarak itulah tajam pendengaran telinga yang dites.

Tes Weber Tujuan : membandingkan hantaran tulang pada kedua telinga penderita

 Teknik Pemeriksaan  Garputala 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus di garis median (dahi, verteks, dagu, gigi insisivus).  Penderita diminta unruk menunjukkan telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras. Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut.  Bila kedua telinga tidak mendengar atau samasama mendengar berarti tidak ada lateralisasi

Inter pretasi Normal : tidak ada lateralisasi Tuli konduktif : lateralisasi ke telinga yang sakit Tuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang sehat

Tes Rinne Tujuan : membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pada satu telinga penderita

Teknik Pemeriksaan Bunyikan garputala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid penderita sampai penderita tidak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita. Apabila penderita masih mendengar  suara Rinne (+), bila tidak Rinne (-)

Interpretasi Rinne (+) : normal atau tuli sensorineural Rinne (-) : tuli konduktif

Tes Schwabah Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara penderita dan pemeriksa

 Teknik Pemeriksaan  Garputala 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa.  Bila pemeriksa sudah tidak mendengar, garputala dipindahkan ke mastoid penderita.  Apabila penderita masih mendengar, maka Schwabah memanjang.  Tes kemudian diulangi dengan meletakkan garputala pada mastoid penderita terlebih dahulu  Bila penderita sudah tidak mendengar, namun pemeriksa masih dapat mendengar, dikatakan Scwabah memendek.

Interpretasi Normal : Scwabah normal Tuli konduktif : Scwabah memanjang Tuli sensorineural: Scwabah memendek

Timpanometri Tympanograms are grouped into 3 categories or types which relate to the amount of movement present. Below are examples of each tympanogram type.

Type A Pressure between +100 and - 100 No hearing loss

Type B Pressure between -150 and -400 Conductive hearing loss at low and high frequencies Consistent with Eustachian Tube dysfunction

Type C No measureable pressure Conductive hearing loss at all frequencies Consistent with fluid in the middle ear

Pemeriksaan Keseimbangan · · · · · · · · ·

Berdiri normal Berdiri kaki rapat Berdiri tandem Berdiri satu kaki Berbagai posisi lengan pada tes di atas Berbagai ggn keseimbangan pada tes di atas Berdiri fleksi – neutral – ekstensi trunk Berdiri side fleksi

 Berjalan memposisikan kaki tandem  · Berjalan sepanjang garis atau tanda tertentu  · Berjalan ke samping, berjalan mundur  Berjalan di tempat  · Berjalan dgn berbagai kecepatan  · Berjalan dan berhenti dengan mendadak  · Berjalan membentuk lingkaran  · Berjalan pada tumit atau jari-jari kaki  · Berdiri mata terbuka – mata tertutup (Romberg test)