Kelompok 6 Sejarah Minat

* The preview only display some random pages of manuals. You can download full content via the form below.

The preview is being generated... Please wait a moment!
  • Submitted by: Adik Niko
  • File size: 304.2 KB
  • File type: application/pdf
  • Words: 1,358
  • Pages: 6
Report / DMCA this file Add to bookmark

Description

KELOMPOK 6

NAMA:  SYOFWAN ALAUDDIN RIDHA  TALIYA WAHYILLA  SHAKILA MUTIARA  TOUFIK NUR HIDAYAT  SEPTIAN PRATAMA  YODA JUSOFI KELAS: XI-IIS 2 TENTANG REVOLUSI INDONESIA

Sejarah Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949 Revolusi Nasional Indonesia menjadi sebuah titik penting dalam berdirinya negara Indonesia yang memiliki kedaulatan yang penuh. Pada titik ini terjadi berbagai konflik bersenjata dimana terjadinya pertentangan antara pihak Republik Indonesia dengan melawan pihak penjajah Belanda yang dibantu oleh sekutusekutunya. Segala bentuk revolusi yang terjadi diawali dengan dilakukannya masa yang menggembirakan untuk bangsa Indonesia yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, hingga akhirnya setelah beberapa lama pihak Belanda mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 29 Desember 1949. Akan tetapi selama empat tahun dari waktu kemerdekaan bangsa Indonesia hingga pengakuan akan kedaulatan republik Indonesia oleh Belanda tahun 1949. Telah terjadi berbagai peristiwa berdarah di waktu-waktu tersebut. Pasukan Belanda masih berada di wilayah Indonesia walaupun Negara Indonesia, pihak hanya mampu untuk menguasai kota-kota besar saja di pulau Jawa dan Sumatera, sementara tidak mampu mengambil alih kendali di wilayah pedesaan dan pinggiran. Hal itu lantaran usaha perlawanan bersenjata serta perjuangan diplomatik dari bangsa Indonesia. Sehingga membuat pihak Belanda berhasil untuk ditekan, hingga akhirnya mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia.

Latar belakang Pergerakan besar-besaran dengan munculnya berbagai organisasi nasional untuk meraih kemerdekaan bangsa Indonesia dari cengkaraman penjajah Belanda saat itu, yaitu organisasi Sarekat Islam, Budi Utomo, Partai nasional Indonesia, dan lainnya, yang berkembang dengan sangat cepat saat itu. Mereka mengadakan strategi jitu dengan mengirim wakil mereka ke Volksraad (semacam dewan rakyat) untuk berdiplomasi agar pihak Belanda memberikan hak otonomi dan kedaulatan kepada bangsa Indonesia untuk mengatur wilayahnya sendiri. Lalu ada juga gerakan yang bersifat lebih keras untuk memaksa pihak Belanda memberikan hak-hak dari bangsa Indonesia dengan segera. Pemimpin dari gerakan ini diantaranya adalah Soekarno dan Mohammad Hatta, yang kelak keduanya menjadi presiden dan wakil presiden pertama Indonesia. Dan pergerakan ini bisa berjalan dibantu kebijakan Politik Etis yang memang sedang dijalankan oleh Belanda.

Adapun pendudukan wilayah Indonesia oleh bangsa Jepang dalam kurun waktu tiga setengah tahun, menjadi titik yang penting dalam lahirnya revolusi nasional Indonesia, dimana pihak Belanda hanya mampu untuk mempertahankan sedikit daerah dalam penjajahan di wilayah Hindia Belanda. Tetapi Jepang dalam kurun waktu tiga bulan berhasil menguasai Sumatera. Kemudian pihak Jepang juga membuat strategi jitu dengan mengambil hati rakyat Indonesia dengan menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia, serta mengizinkan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik. Hal seperti inilah yang menimbulkan munculnya berbagai organisasi-organisasi perjuangan di seluruh negeri Indonesia.

Proklamasi dan pembentukan pemerintahan Indonesia Pada akhir Agustus 1945, pemerintahan republik Indonesia telah berdiri di Jakarta, Kemudian kabinet Presidensial dibentuk, dimana Soekarno sendiri sebagai pimpinan tertinggi. Kemudian Komite Nasional Indonesia Pusat dibentuk, tujuannya untuk membantu Presiden, serta memiliki fungsi yang hampir sama sebagai badan legislatif. Dengan dibentuknya pemerintahan pusat di Jakarta, maka beberapa raja di daerahdaerah menyatakan untuk menggabungkan diri ke pemerintahan pusat. Sementara ada juga lainnya yang menolak, terutama raja atau kepala daerah yang bersekutu dengan pihak Belanda. Pemerintah Indonesia yang baru dibentuk ini dibuat dengan sangat cepat, karena khawatir pihak Belanda akan berusaha kembali untuk merebut wilayah Indonesia. Dalam sebuah konferensi antar panglima-panglima militer pada tiap-tiap divisi di Yogyakarta, seorang mantan guru sekolah yang baru berumur 30 tahun, yaitu Sudirman terpilih untuk menjadi panglima Tentara Keamanan Rakyat, yang bergelar "Panglima Besar".

Euforia saat revolusi Nasional Indonesia Ketika mulai tersebar berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia ke berbagai pulau, awalnya rakyat Indonesia yang jauh dari ibu kota Jakarta tidak percaya, tetapi setelah berita memang tersebar secara luas, maka banyak yang menyatakan diri sebagai pro pemerintahan republik Indonesia, dan dalam keadaan seperti ini terjadinya kekosongan kekuatan luar yang menduduki wilayah Indonesia, karena pihak Jelang maupun Belanda dalam keadaan yang lemah. Dengan begitu, dalam keadaan politik seperti ini maka merupakan kesempatan untuk membangun pemerintahan yang kuat. Pada September 1945, pemerintah republik yang dibantu dengan berbagai organisasi rakyat telah mengambil alih kendali atas infrastruktur-infrastruktur utama, diantaranya seperti stasiun kereta api dan trem di kota-kota besar di pulau Jawa. Kemudian para pemuda juga mendirikan stasiun radio dan koran untuk menyampaikan pesan perjuangan. Adapun dari para pemimpin sendiri berusaha untuk menyatukan sentimen yang menyebar di masyarakat, karena ada yang lebih menginginkan revolusi fisik, kemudian ada yang lebih memilih menggunakan cara pendekatan damai. Pada September 1945, golongan pemuda Indonesia menyatakan akan berikrar agar kemerdekaan segera diwujudkan. Di sisi lain pihak Belanda melayangkan tuduhan kepada Soekarno dan Hatta telah berkolaborasi dengan Jepang, adapun pemerintahan Hindia Belanda sendiri disaat yang sama telah menerima dana besar sepuluh juta dolar dari pihak Amerika Serikat untuk membantu Belanda dalam menjajah kembali Indonesia.

Usaha pendudukan kembali wilayah Indonesia Situasi Belanda pada saat itu memang saat lemah karena kelelahan dari Perang Dunia Kedua di wilayah Eropa. Adapun pihak Jepang tidak terlalu tertarik untuk kembali menduduki wilayah Indonesia. Tentara Australia yang diikuti dengan pasukan Belanda bergerak cepat untuk menguasai daerah-daerah yang sebelumnya dikuasai Jepang, karena tidak adanya perlawanan berarti, maka pasukan yang terdiri dari dua divisi tentara Australia itu dengan mudah menguasai beberapa daerah di bagian Timur Indonesia. Adapun pihak Inggris berusaha agar dapat menguasai jalannya pemerintahan sipil

di wilayah Jawa. Dan pihak Belanda juga ingin mengambil pemerintahan kolonial dengan bantuan NICA, untuk terus mengklaim akan kedaulatan wilayah Indonesia. Tentara Inggris pertama kali mendarat di beberapa wilayah seperti Palembang, Medan, Padang, Semarang dan Surabaya.

Perjanjian Linggarjati Belanda melakukan usaha perundingan dengan wakil-wakil republik Indonesia. Konferensi antara dua belah pihak diadakan di bawah pimpinan yang netral ,seorang komisi khusus Inggris, Lord Killearn. Tempat perundingan di bukit Linggarjati dekat wilayah Cirebon. Setelah Dicapailah suatu persetujuan pada tanggal 15 November 1946 yang isi pokoknya: Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Sumatra, Jawa dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari 1949, Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama untuk membentuk Republik Indonesia Serikat, yang salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia - Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Indonesia Serikat akan menjadi bagian Uni Indonesia-Belanda bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini untuk memajukan kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan, ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai anggota PBB. Setiap perselisihan yang timbul maka akan diselesaikan lewat arbitrase. Kedua delegasi Indonesia pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua hari kemudian, tanggal 15 November 1946 di rumah Sjahrir, Jakarta, berlangsung musyawarah tentang Perundingan Linggarjati, dimana Sjahrir menjadi penanggung jawab jika ada yang tidak beres.

Agresi Militer Belanda I Pada tengah malam 20 Juli 1947, pihak Belanda melancarkan serangan militer dengan tujuan utama menghancurkan kekuatan republik Indonesia, dimana aksi Agresi Militer Belanda I ini telah melanggar nilai-nilai perjanjian Linggarjati. Pasukan Belanda berhasil memukul mundur pasukan Republik Indonesia dari daerah Sumatera, serta Jawa Barat dan Jawa Timur, untuk kemudian pihak Indonesia memindahkan pusatnya ke wilayah Yogyakarta.

Negara-negara lain melihat kelakuan pihak Belanda ini memberikan reaksi keras, Australia, India, Uni Soviet, dan Amerika Serikat segera mendukung pihak Indonesia. Seperti di Australia, misalnya kapal milik Belanda diboikot mulai bulan September 1945. Dewan keamanan PBB juga bertindak aktif dengan membentuk Komisi Tiga Negara untuk mendorong negosiasi. PBB mengeluarkan resolusi untuk adanya gencatan senjata. Pada saat aksi militer ini terjadi, tepatnya pada tanggal 9 Desember 1947, Pasukan Belanda membantai sangat banyak warga sipil di wilayah Desa Rawagede (yang saat ini nama wilayahnya adalah Balongsari) di Karawang, Jawa barat.

Pemberontakan Komunis di Indonesia Pada tanggal 18 September 1948, sebuah kelompok bernama Republik Soviet Indonesia dibentuk di wilayah Madiun. Pendirinya adalah anggota PKI yang ingin melakukan pemberontakan terhadap kepemimpinan Soekarno-Hatta. Pertempuran antara TNI dan PKI akhirnya secara penuh dimenangkan oleh pihak TNI dalam beberapa minggu, dan pemimpinnya, Muso, terbunuh dalam perang itu. Di dunia internasional, pihak Republik Indonesia mengukuhkan kebijakan untuk anti komunis.

Dampak revolusi nasional Indonesia Perkiraan jiwa yang meninggal dalam peperangan di masa ini berkisar dari 100.000 hingga 200.000 jiwa baik itu dari pihak tentara maupun sipil. Adapun sekitar 1200 tentara dibunuh ataupun hilang di Jawa dan Sumatera antara tahun 1945-1946. Adapun untuk Belanda sebanyak 5000 tentaranya tewas. Gerakan revolusi nasional Indonesia ini memberikan efek langsung pada kondisi ekonomi dan sosial Indonesia itu sendiri, seperti kekurangan bahan makanan, dan bahan bakar Setelah itu secara perlahan pemerintahan Republik Indonesia mengatur kembali segala hal di berbagai bidang, yang sebelumnya mengalami pemblokade-an oleh pihak Belanda.