Laporan Fem Rdf
* The preview only display some random pages of manuals. You can download
full content via the form below.
The preview is being generated... Please wait a
moment!
- Submitted by: Rizal DzulFadly
- File size: 132.4 KB
- File
type: application/pdf
- Words: 3,210
- Pages: 16
Report / DMCA this file
Add to bookmark
Description
HALAMAN PENGESAHAN Laporan lengkap Praktikum Kimia Analisis Instrumen dengan judul percobaan “Fotometri Emisi Nyala (FEM)” oleh: Nama
: Rizal Dzul Fadly
NIM
: 1413040009
Kelas/ Kelompok
: Pendidikan Kimia / I (Satu)
telah diperiksa dan dikoreksi oleh Asisten / Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima.
Koordinator Asisten,
Makassar, Desember 2016 Asisten,
Yudhi Priyatmo NIM. 1314041005
Yusriadi . NIM. 1313440011 Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
Maryono, S.Si, Apt., MM, M.Si . NIP. 13651231 198903 1 017
A. JUDUL PERCOBAAN Fotometri Emisi Nyala (FEM) B. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mengetahui cara preparasi sampel dan larutan standar flame fotometer. 2. Mengetahui prinsip dasar dan prinsip kerja flame fotometer. 3. Mengetahui cara pengoprasian alat flame fotometer. 4. Menentukan kadar sodium dan potassium dalam beberapa suatu minuman energi. C. LANDASAN TEORI Metode yang digunakan untuk analisa kadar warna adalah metode spektrofotometri UV-Visible. Metode spektrofotometri UV-Visible merupakan gabungan antara metode spektrofotometri UV dan Visible. Sistem ini menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya tampak (visible). Spektrofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dengan spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang
ditransmisikan
spektrofotometer
adalah
atau
dengan
yang
diabsorpsi.
Prinsip
kerja
alat
sampel
menyerap
radiasi
(pemancar)
elektromagnetis yang pada panjang gelombang tertentu dapat terlihat (Ramadhani, 2013: 189). Prinsip pemeriksaan spektrofotometer emisi nyala adalah sampel diencerkan dengan cairan pengencer yang berisi litium atau cesium, kemudian dihisap dan dibakar pada nyala gas propan. Ion natrium, kalium, litium, atau sesium bila mengalami pemanasan akan memancarkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (natrium berwarna kuning dengan panjang gelombang 589nm, kalium berwarna ungu dengan panjang gelombang 768 nm, litium 671 nm, sesium 825 nm). Pancaran cahaya akibat pemanasan ion dipisahkan dengan filter dan dibawa ke detektor sinar (Yaswir dan Ferawati, 2012: 84). Spektroskopi emisi atau sering disebut fotometri nyala menyangkut pengukuran radiasi yang dipancarkan oleh populasi atom atau molekul yang tereksitasi. Pada fotometri nyala yang merupakan suatu cabang spektroskopi
emisi, nasib materi-materi yang tereksitasi adalah penting. Emisi radiasi oleh bahan yang tereksitasilah yang diukur. Setelah materi atau bahan mengemisi radiasi bahan akan kembali ke keadaan energi yang lebih rendah. Molekul dalam keadaan tereksitasi dalam fase gas memancarkan atau mengemisi spektrum pita, sedangkan atom atau ion monoatomik dalam fase gas memancarkan spektrum garis. Dalam spektroskopi emisi untuk membuat molekul atau atom menjadi dalam keadaan tereksitasi dapat digunakan nyala atau api busur listrik searah (Suryadharma, 2010: 18). Konsentrasi Natrium (Na) dan Kalium (K) ditetapkan dengan flamefotometer dengan acuan deret standar masing-masing unsur Na dan K. Penentuan kadar suatu Na dan K dihitung berdasarkan pada interpolasi dan garis hubungan antara skala flamefotometer dengan standar Na dan K (Supriyadi, 2009: 36). Pemenuhan kebutuhan natrium dan kalium salah satunya dapat dilakukan dengan mengonsumsi minuman isotonik. Minuman isotonik adalah minuman yang dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki tekanan osmotik yang sama dengan tekanan darah manusia. Dengan demikian, ketika minuman diteguk dapat sekejap terserap oleh tubuh Jika minuman ini mengandung kadar natrium atau kalium yang berlebihan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Analisis natrium dan kalium dapat dilakukan dengan spektroskopi emisi nyala (Indriyati, 2009: 3). Tingkat-tingkat energi dan perbedaan tingkat-tingkat energi molekul suatu senyawa adalah khas bagi molekul senyawa itu. Akibat frekuensi atau panjang gelombang radiasi elektromagnet yang diabsorpsi oleh molekul senyawa tersebut juga khas dan tertentu. Prinsip inilah yang mendasari identifikasi atau penentuan struktur molekul suatu senyawa (Suryadharma, 2010: 19). Uji nyala logam merupakan salah satu pengujian yang digunakan untuk menganalisis nama suatu zat. Jika logam-logam ditahan dalam nyalabunsen akan menghasilkan nyala dengan warna yang khas. Warna ini muncul karena atomatom logam mengambil energi dari nyala. Energi ini dikeluarkan sebagai cahaya jika atom-atom kembali ke keadaan semula (Kindersley, 1993: 59).
Unsur-unsur golongan alkali dan alkali tanah dapat dibedakan dari warna nyala yang dihasilkan. Unsur-unsur tersebut memiliki warna nyala yang berbedabeda karena sifat dari atomnya. Jika diberikan energi, kedudukan elektron dalam atom akan mengalami perubahan yaitu berpindah ke kulit yang lebih tinggi (eksitasi). Setelah itu, elektron akan kembali ke keadaan dasar (stabil) sambil melepaskan energi radiasi elektromagnetik. Pada saat unsur-unsur alkali dan alkali tanah dipanaskan (diberi energi), elektron dalam atom alkali dan alkali tanah akan mengalami eksitasi, dan pada saat kembali ke keadaan stabil, setiap elektron akan melepaskan energi radiasi elektromagnetik berupa pancaran nyala cahaya. Nyala setiap atom berbeda-beda dan sangat khas (Rahayu, 2010: 58). Menurut Day dan Underwood (2002: 450) masalah pada fotomteri nyala kuantitatif adalah sebagai berikut: 1. Radiasi dari unsur-unsur lain. Pancaran unsur akan mengganggu penentuan unsur lain, bergantung pada betapa dekatnya garis-garis itu dan kualitas monokromator. 2. Peningkatan kation. Dalam nyala bertemperatur tinggi, beberapa atom logam dapat berionisasi. Ion itu mempunyai spektrum pancarannya sendiri, dengan frekuensi yang berbeda dari frekuensi spektrum atomiknya. Jadi pengionan mengurangi daya radiasi pancaran atomiknya. Analisis natrium pada sampelsampel tak diketahui yang mengandung kuantitas kalium yang beraneka ragam karenanya dapat menderita galat. 3.
Gangguan anion. Misalnya, ion fosfat dan sulfat menurunkan pancaran
kalsium sampai benar-benar di bawah tingkat yang dijumpai untuk dikatakan kalsium klorida. FPD adalah detektor fotometri nyala yang digunakan untuk mendeteksi emisi cahaya dari suatu senyawa yang berpendar di dalam nyala hidrogen-udara. Di dalam FPD terjadi proses pembakaran sampel yang telah dipisahkan di dalam kolom dengan nyala hidrogen-udara. Sampel yang terbakar tersebut atomatomnya tereksitasi, kemudian mengalami peristiwa deeksitasi sehingga dihasilkan pancaran emisi cahaya dalam bentuk foton dengan panjang gelombang tertentu. Kemudian emisi cahaya yang dihasilkan tersebut dilewatkan oleh filter
cahaya. Dimana filter ini berfungsi untuk memilih panjang gelombang emisi cahaya yang khas. Setelah foton melewati filter cahaya, maka foton tersebut akan mengenai permukaan fotosensitif di dalam tabung pengganda foton (PMT), sehingga menyebabkan terlepasnya elektron dari permukaan fotosensitif. Elektron yang terlepas tersebut oleh PMT dilipat gandakan jumlahnya dan pada akhirnya diubah menjadi arus listrik, arus listrik tersebut kemudian dikuatkan oleh amplifier dan diubah menjadi signal analog yang ditampilkan oleh recorder (Tryanto, 2007: 9). Menurut Gabriel (1996: 170) fotometri ialah ilmu yang membicarakan tentang pengukuran kwantitas cahaya. Ada beberapa kwantitas cahaya yaitu kuantitas cahaya, arus cahaya, dan kuat penerangan dan terang cahaya. 1. Kuat cahaya ialah jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari sumber cahay tiap satuan sudut ruang. 2. Arus cahaya, banyaknya tenaga cahaya yang dipancarkan dari sumber cahay tiap satu satuan waktu. 3. Kuat penerangan, jumlah arus cahaya yang dipancarkan dari sumber cahaya yang menembus bidang seluas 1 m2. 4. Terang cahaya, besar kuat cahaya tiap cm2 dari luas permukaan sumber cahaya yang dilihat. Sensitivitas didefinisikan sebagai kemiringan (slope) grafik kalibrasi atau nilai responsivitas tiap satu satuan konsentrasi larutan standar. Besarnya intensitas emisi cahaya yang dipancarkan tergantung dari besarnya konsentrasi senyawa yang terbakar, jadi jika konsentrasi senyawanya semakin besar maka intensitas emisi yang dihasilkan juga semakin besar, hal ini menyebabkan responsivitas detektor semakin besar. Responsivitas detektor adalah besarnya sinyal yang ditimbulkan oleh sejumlah komponen senyawa yang berpendar di dalam nyala. Responsivitas ini dipengaruhi oleh emisi cahaya yang dihasilkan oleh atom-atom senyawa yang berpendar di dalam nyala. Emisi cahaya yang dihasilkan selama pembakaran tergantung dari banyaknya atom senyawa yang menghasilkan emisi cahaya di dalam nyala. Banyaknya atom senyawa yang menghasilkan emisi cahaya dipengaruhi oleh temperatur nyala (Tryanto, 2007: 13).
D. ALAT DAN BAHAN 1
Alat
a
Alat flame fotometer
1 set
b
Erlenmeyer 25 mL
10 buah
c
Gelas kimia 100 mL
1 buah
d
Gelas kimia 250 mL
3 buah
e
Ball pipet
1 buah
f
Labu takar 10 mL
2 buah
g
Labu takar 50 mL
4 buah
h
Labu takar 100 mL
4 buah
i
Botol semprot
1 buah
j
Pipet volume 25 mL
1 buah
k
Pipet volume 10 mL
1 buah
l
Pipet volume 5 mL
1 buah
m Pipet ukur 10 mL
1 buah
n
Lap kasar dan lap halus
@1 buah
2
Bahan
a
Larutan Natrium (Na)
b
Larutan Kalium (K)
c
Aquades (H2O)
d
Mizone
e
Pocari Sweat
f
Tissu
E. PROSEDUR KERJA a. Pembuatan Larutan standar 1. larutan standar K dan Na pada 25, 20, 15, 10, dan 5ppm dibuat dari larutan standar K dan Na 500 ppm . 2. Didalam labu ukur 50 mL diencerkan dengan aquades, homogenkan dengan dikocok. b. mengoperasikan alat FEM dan pengukuran
1. Gelas pengumpul waste dipastikan telah terpasang dengan baik pada pencucian. 2. Selang kecil yang ada pada alat dibersihkan dengan kawat besi kecil. 3. Air deionisasi ditambahkan secukupnya. Biarkan air yang berlebih mengalis keluar, udara yang terperangkap dihilangkan dengan membuka aliran gas yang terdapat pada tabung. 4. Untuk memastikan tidak ada aliran gas yang keluar dari keran, pengatur aliran gas ditutup dahulu dengan memutas FLUE ADJUST searah jarum jam hingga berhenti berputar. 5. Tombol FlUE ADJUST diputar 3-4 kali dengan putaran berlawanan arah jarum jam. 6. Alat FES dihidupkan dengan tombol POWER ditekan. 7. Pompa udara dinyalakan. Udara dicek apakah telah mengalir yaitu sampai ada binyi desisan pada nebulizer. 8. Tombol ignition diputar dan ditahan, sambil tombol IGNITION diputar pelanpelan kearah kiri. 9. Indikator FLM pada layar dilihat. 10. Tombol dilepaskan jika indikator bersinar atau nyala api sudah ada. 11. Tombol FILTER SELECT diputar keposisi K. 12. Deionised atau larutan bangko (Aquadest) dialirkan sambil tombol BLANK diatur hingga angka nol tertera pada layar. 13. Selang kecil dibersihkan dengan tissue. 14. Larutan standar K yang konsentrasinya (25 ppm) lebih tinggi dari besarnya konsentarsi larutan standar lain yang akan diukur dialirkan. 15. Atur tombol FINE dan COURSE hingga diperoleh nilai positif. 16. Nilai yang terbaca pada layar dicatat. 17. Larutan bangko kembali dialirkan dan diatur pembacaan samapi nol 18. Selang kecil dilap terus setiap pergantian larutan standar maupun sampel. 19. Pengaliran diulangi berturut-turut untuk konsentrasi 20, 15, 10, 5.
20. Pada saat pergantian larutan standar K ke Na diulangi kalibrasi dengan balngko dan pengaturan nilainya ke nilai konsentarasi tertinggi Na (25). Begitu pula untuk larutan sampel. c. Mematikan Alat 1. Untuk mematikan alat dilakukan dengan deionisasi water dialirkan sekurangkurangnya 10 menit 2. Tombol fine, COURSE, BLANK, DAN FUEL ADJUST diputar kembali ke arah nol. 3. Tombol POWER ditekan untuk memutuskan aliran listrik. 4. Pompa udara dimatikan. A. HASIL PENGAMATAN 1. Larutan Na
2.
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
25
25,0
20
21,4
15
15,5
10
10,8
5
5,2
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
3.
25
25,4
S
20
19,3
15
16,9
10
11,4
5
4,7
Larutan K
ampel No 1. 2.
Sampel Na (Pocari Sweet) K (Mizone)
Konsentrasi (ppm) 485,7 ppm 70 ppm`
Absorbansi 10,4 13,3
B. ANALISIS DATA 1
Pengenceran Larutan Standar Natrium dan Kalium dari larutan induk 1000 ppm
a
Pengenceran (100 ppm) V1 x M1 V1 x 1000 ppm V1
= V2 x M2 = 100 mL x 100 ppm 100 mL x 100 ppm = 1000 ppm
b
V1 = 10 mL Pengenceran bahan yang akan di uji:
1
Pengenceran I (25 ppm) V1 x M1 V1 x 100 ppm
2
V1
= V2 x M2 = 100 mL x 25 ppm 50 mL x 20 ppm = 100 ppm
V1
= 12,5 mL
Pengenceran II (20 ppm) V1 x M1 V1 x 100 ppm
3
V1
=V2 x M2 = 50 mL x 20 ppm 50 mL x 20 ppm = 100 ppm
V1
= 10 mL
Pengenceran III(15 ppm) V1 x M1 V1 x 100 ppm
4
V1
= V2 x M2 = 50 mL x 15 ppm 50 mL x 15 ppm = 100 ppm
V1
= 7,5 mL
Pengenceran IV (10 ppm) V1 x M1 V1 x 100 ppm
=V2 x M2 = 50 mL x 10 ppm
5
V1
=
V1
= 5 mL
Pengenceran V (5 ppm) V1 x M1 V1 x 100 ppm V1
=V2 x M2 = 50 mL x 5 ppm 50 mL x 5 ppm = 100 ppm
V1
= 2,5 mL
2
Sampel
a
Mizone
1
Kandungan K [K] =
35 mg 0,5 L
V1 x M1 V1 x 70 ppm
b
50 mL x 10 ppm 100 ppm
= 70 ppm
V1
= V2 x M2 = 50 mL x 25 ppm 50 mL x 15 ppm = 70 ppm
V1
= 10,7 mL
Pocari sweat Kandungan Na [Na] =
170 mg 0,35 L
V1 x M1 V1 x 70 ppm
= 485,7 ppm
V1
= V2 x M2 = 50 mL x 25 ppm 15 mL x 50 ppm = 485,7 ppm
V1
= 1,5 mL
Grafik Hubungan Antara Konsentrasi dan Absorbansi Untuk Natrium 30 25 20 Absorbansi
15
f(x) = 0.99x - 0.44 R² = 1
Konsentrasi Linear (Konsentrasi )
10 5 0 0 5 10 15 20 25 30 Konsentrasi
Untuk menentukan konsentrasi dari Na+ dalam sampel di gunakan persamaan: y=ax+b x=
y−b a
Dimana : y = Absorbansi x = Konsentrasi
Konsentrasi Na (Mizone)
=
=
y −b a 25,0−(−0,4441) 0.9913
= 25,6674 ppm
Garfik Hubungan Antara Konsentrasi dan Absorbansi Untuk Kalium 30 25
f(x) = 0.29x + 11.65 R² = 0.9
20
Absorbansi
Absorbansi
15
Linear (Absorbansi)
10 5 0 0 10 20 30 40 50 60 Konsentrasi (ppm
Konsentrasi K (Pocary Sweat)
=
=
y −b a
25,4−(11,655) 0,2894
= 47,4948 ppm H. PEMBAHASAN Flame fotometer adalah suatu metoda analisa yang berdasarkan pada pengukuran besaran emisi sinar monokromatis spsifik pada panjang gelombang tertentu yang di pancarkan oleh suatu logam alkali atau alkali tanah pada saat berpijar dalam keadaan nyala. Sebuah flame fotometer adalah alat yang digunakan dalam analisis kimia anorganik untuk menentukan konsentrasi ion logam tertentu. Metoda ini dapat dilakukan pada unsur logam alkali dan alkali tanah karena unsur-unsur pada golongan ini akan memancarkan nyala yang khas apabila dibakar dalam nyala. Berbeda dengan spektroskopi sinar tampak, metoda ini tidak memperdulikan warna larutan. Pada flame fotometri ini berguna untuk menentukan konsentrasi ion logam yang rendah (ppm sampai dengan ppb).
Pada praktikum flame fotometri ini bertujuan mengetahui cara preparasi sampel dan larutan standar flame fotometer, mengetahui prinsip dasar dan prinsip kerja flame fotometer, mengetahui cara pengoprasian alat flame fotometer, menentukan kadar sodium dan potassium dalam beberapa suatu minuman energi. Konsentrasi logam alkali yaitu Kalium dan Natrium yang terdapat pada larutan dengan menggunakan prinsip pengukuran emisi nyala dipancarkan yang berasal dari elektron yang tereksitasi kemudian kembali kekeadaan dasar dan akan menghasilkan panjang gelombang yang berbeda-beda. Pada flame fotometri sumber energi (power supply) berasal dari tabung gas elpiji. Aliran gas kemudian melalui kompresor yaitu alat yang berfungsi untuk mengalirkan gas yang berasal dari power supply ke alat flame fotometer. Kalium
menghasilkan
pijaran
warna
kuning
sedangkan
natrium
memancarkan warna ungu. Hal inilah yang dimanfaatkan untuk mengidentifikasi unsur alkali tersebut. Dipancarkannya warna sinar yang berbeda-beda atau warna yang khas oleh tiap-tiap unsur adalah disebabkan oleh karena energi kalor dari suatu nyala - nyala elektron dikulit paling luar dari unsur-unsur tersebut tereksitasi dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi, yang dibolehkan. Adapun Prinsip kerja dari flem fotometri yaitu ion Kalium dan Natrium diubah menjadi aerosol menyerupai atom untuk membebaskan air agar tidak ada pengotor yang melekat yang akan mengganggu pembacaan skala kemudian dengan adanya energi (nyala api), elektron valensi pada Kalium dan Natrium tersebut berpindah ke orbital yang lebih tinggi energinya untuk sesaat kemudian kembali lagi ke keadaan dasar, hal ini lah yang menyebabkan emisi nyala pada ion tersebut. Emisi nyala yang dipancarkan merupakan sinar monokromatis yang akan ditangkap oleh foto sel (detektor) lalu menghasilkan out put berupa intensitas cahaya (I). Flame fotometri menggunakan analisa kuantitatif dan kualitatif, pada waktu elektron-elektron tereksitasi kembali ke tingkat dasar, akan diemisikan foton yang energinya. Karena tingkat-tingkat energi eksitasi tersebut adalah khas atau spesifik untuk suatu unsur logam tertentu, maka sinar yang dipancarkan oleh suatu atom unsur logam tersebut adalah khas pula. Dasar ini digunakan untuk
analisa kualitatif unsur-unsur logam secara reaksi nyala, sedangkan untuk analisa kuantitatif yaitu pada pembacaan skala indikator yang merupakan besar emisi yang dipancarkan logam alkali pada sampel. Larutan standar yang digunakan yaitu larutan standar Na dan K yang masing-masing akan diencerkan dari larutan induk 1000 ppm menjadi 100 ppm, 50 ppm, 25 ppm, 20 ppm, 15 ppm, 10 dan ppm, 5 ppm. Berdasarkan data hasi percobaan yaitu diperoleh nilai absorbansi sampel Na mulai dari 25-5 ppm berturut-turut adalah 25,0; 21,4; 15,5; 10,8; 5,2. Sedangkan untuk sampel K berturut-turut adalah 25,4; 19,3; 16,9; 11,4; 4,7. Pada proses pangukuran emisi Kalium dengan berbagai konsentrasi dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu senyawa maka semakin besar pula emisinya. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan emisi. Hal yang sama terjadi saat pengukuran emisi Natrium. Dari regresi yang diperoleh dapat dilihat grafik yang menanjak dengan regresi Kalium adalah y = 0.289x + 11.65 dan regresi Natrium adalah y = 0.991x - 0.444. Pengujian sampel minuman, dimana yang digunakan adalah minuman berenergi mizone dan pocary sweat. Kedua sampel masing-masing diencerkan, 110 ppm Na pada mizone diencerkann menjadi menjadi 15 ppm sehingga Na = 6,8 mL dan K 70 ppm menjadi 15 ppm sehinnga K= 10,7 mL dan nilai absorbannya adalah 24,6 dan 23,2. Sedangkan untuk minuman pocari sweat diencerkan dari 485,7 ppm Na menjadi 15 ppm sehingga Na= 1,5 ml dan nilai adsorbannya adalah 23,0. Berdasarkan grafik diperoleh konsentrasi Na pada mizone adalah 25,6674 ppm. Sedangkan konsentrasi K pada pocari sweet adalah sebesar 47,4948 ppm. Pada percobaan ini alat di kalibrasi terlebih dahulu untuk menormalkan. Pada keadaan normal nilai absorban menunjukkan angka 100 selanjutnya di lakukan pengujian terhadap blanko dan larutan standar Na dan K. Dari percobaan di ketahui bahwa semakin tinggi kosentrasi suatu larutan maka nilai absorban juga semakin tinggi. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan kosentrasi berbanding lurus dengan nilai absorban, semakin banyak partikel logam maka akan semakin banyak yang tereksitasi yang akan kembali pada keadaan dasar
sehingga sinar yang di pancarkan akan semakin banyak terbaca sebagai emisi pada alat flame fotometer. I.
KESIMPULAN DAN SARAN 1
Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah di lakukan dapat disimpulkan bahwa: a. Fotometeri nyala adalah suatu metoda analisa untuk menentukan kadar suatu logam dalam suatu sampel yang didasarkan kepada emisi (pancaran) sinar monokromatis pada panjang gelombang tertentu dalam keadaan berpijar atau nyala. b. Prinsip dari fotometri nyala ini adalah pancaran cahaya elektron yang tereksitasi yang kemudian kembali ke keadaan dasar. c. Besaran intensitas emisi sinar sebanding dengan tingkat konsentrasi unsur yang dianalisa dalam larutan. Semakin besar konsentrasi unsur yang dianalisa dalam larutan, maka semakin besar emisi sinar yang dihasilkan,sebaliknya semakin kecil konsentrasi unsur yang dianalisa dalam larutan,maka semakin kecil pula emisi sinar yang dihasilkan d. Kosentrasi sampel yang dihasilkan yaitu konsentrasi natrium dalam minuman mizone adalah 25,6674 ppm sedangkan konsentrasi kalium pada minuman pocari sweet adalah 47,4948 ppm.
2
Saran Untuk praktikan selanjutnya Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,
maka disarankan memahami prinsip dan hal – hal yang berhubungan dengan objek percobaan, teliti saat melakukan pengukuran emisi.
DAFTAR PUSTAKA Day, R.A dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC. Indriyati Wiwiek, Mutakin, dan Sedy Fajar Muhammad. 2009. Validasi Metode Analisis Natrium dan Kalium Dalam Minuman Isotonik Dengan Spektroskopi Emisi Nyala. Jurnal Farmaka, Vol. 7. No. 3. Kinderley, Dorling. 1993. Jendela Iptek. Kimia. Jakarta: Balai Pustaka. Rahayu, Imam. 2010. Praktis Belajar Kimia. Jakarta: Visindo. Ramadhani Syahru, Alexander T.S., dan Bambang R.W. 2013. Perbandingan Efektivitas Tepung Biji Kelor (Moringa oleifera Lamk), poly Aluminium Chloride (PAC), dan Tawas sebagai Koagulan Air Jernih. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, Vol. 1. No.3. Supriyadi, Slamet. 2009. Status Unsur-unsur Basa (Ca2+, Mg2+, K+, and Na+) Dilahan Kering Madura. Agrovigor, Vol. 2. No.1. Suryadharma, Ida B. 2010. Modul Simetri Molekul, Dasar-dasar Spektroskopi, dan Mekanika Kuantum. Jakarta: UI-Press. Tryanto, Aloysius. 2007. Penentuan Sensivitas Optimum Flame Photometric Detector (FPD). Skripsi: Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Yaswir, Rismawati dan Ferawati, Ira. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan
Natrium,
Kalium
dan
Klorida
serta
Laboratorium. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 1. No. 2.
Pemeriksaan