Miopi Atau Rabun Jauh Adalah Sebuah Kerusakan Refraktif Mata Di Mana Citra Yang Dihasilkan Berada Di Depan Retina Ketika Akomodasi Dalam Keadaan Santai

* The preview only display some random pages of manuals. You can download full content via the form below.

The preview is being generated... Please wait a moment!
  • Submitted by: Farin Maulia
  • File size: 126.5 KB
  • File type: application/pdf
  • Words: 656
  • Pages: 3
Report / DMCA this file Add to bookmark

Description

LAPORAN HASIL WAWANCARA

Hari/Tanggal Pelaksanaan

: Kamis, 31 Januari 2013

Waktu Pelaksanaan

: 12.15 WIB

Tempat Pelaksanaan

: Klinik Pusat Asri Medical Center, Jalan HOS Cokroaminoto 9, Gampingan Baru, Kuncen, Wirobrajan, Yogyakarta

Narasumber

: dr. Nurfifi Arliani Sp. M.

Pewawancara

: Shafarina Maulia Prasudia Latief Jaya Subrata Hanif Dhian Rifqi

Tema wawancara

: Kesehatan Mata

Tujuan wawancara

: Menggali informasi mengenai rabun jauh

Miopi atau rabun jauh adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Miopi dapat terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Miopi disebabkan oleh banyak faktor. Akan tetapi sebagian besar kasus disebabkan oleh gaya hidup yang kurang baik pada usia 0-18 tahun. Pada masa ini mata mengalami pertumbuhan maksimal, berupa pembesaran bola mata. Di usia 0-5 tahun pertumbuhan bola mata sangat pesat, dan dimasa inilah gaya hidup yang kurang baik seperti berlama-lama di depan televisi, komputer, gadget, PS, dan alat elektronik bermonitor lainnya. Apabila kebiasaan ini berlanjut, bola mata akan menjadi lebih lonjong dan memipih akibat akomodasi maksimum dalam jangka waktu yang lama. Dalam fase ini anak akan mengalami gangguan rabun jauh kecil dari minus 1⁄8 sampai minus 3. Gangguan ini akan menjadi lebih parah seiring dengan pertumbuhan anak hingga usia 18 tahun. Dalam fase yang lebih parah, penderita rabun jauh akan mengalami gangguan rabun jauh sedang dari 3 sampai minus 6. Apabila penderita mengalami gangguan rabun jauh lebih dari minus 6, orang tersebut sudah dapat dikatakan mengalami rabun jauh besar. Rabun jauh besar sangatlah berbahaya, mengingat dampak terburuknya adalah hilangnya daya rekat retina pada lapisan belakang bola mata akibat pembesaran bola mata yang terlalu cepat.

Selain itu dalam kasus lain tekanan bola mata yang terlalu besar mengakibatkan gangguan syaraf akut yangg bisa membuat penderita meninggal secara perlahan. Apapun metode yang dilakukan, sebenarnya miopi sangat susah untuk disembuhkan mengingat bola mata sudah terlanjur tidak berbentuk bulat lagi. Hal yang bisa dilakukan adalah menghambat penambahan volume bola mata agar kepipihan bola mata tidak semakin parah. Cara yang paling efektif adalah mengondisikan mata serileks mungkin agar akomodasi bisa diminimalisir. Maksudnya, menambah jarak pandang antara mata dan objek agar mata tidak mudah lelah. Narasumber memberikan tips menjaga kesehatan mata, diantaranya mengistirhatkan pandangan mata selama dua menit setelah membaca dua lembar kertas ukuran HVS berfont normal dengan melihat ke arah jauh atau memejamkan mata. Beliau juga menyarankan agar setiap dua jam melihat layar bercahaya kita harus mengistirahatkan mata selama minimal lima menit. Selebihnya penderita wajib menggunakan alat pembantu pemfokus mata seperti kacamata dan softlens agar bayangan yang dibentuk lensa jatuh tepat di retina, sehingga mata tidak bertambah minus. Stigma tentang penggunaan kacamata yang dapat memperparah rabun jauh tidak dibenarkan. Rabun jauh semakin parah akibat kebiasaan sebelum menggunakan kacamata tidak berubah walaupun penderita sudah memakai kacamata. Contohnya, Penderita A mangambil jarak 25 cm dari monitor komputernya sehingga ia minus 1⁄ , lalu ia menggunakan kacamata dan tetap mengambil jarak 25 cm. Selang beberapa 2 minggu minusnya bertambah menjadi 1. Sebenarnya, itu bukanlah dampak dari pemakaian kacamata, namun

kebiasannya yang tidak berubah. Seharusnya, setelah Penderita A

memakai kacamata, ia mengambil jarak pandang normal untuk melihat monitor komputernya yaitu lebih jauh atau sama dengan 40 cm. Dalam hal pemaikaian alat bantu pemfokus mata, narasumber menyarankan agar penderita memakai kacamata untuk menghindari kontak jari dengan kornea, selaput bening pembungkus mata. Hal ini dikarenakan, penggunaan kacamata dinilai lebih aman apabila dibandingkan dengan penggunaan softlens. Penggunaan kontak lens yang tidak steril dapat berakibat fatal pada kesehatan mata kita. Kornea mata sebagai selaput pembungkus mata sebenarnya sudah efektif untuk melapisi mata, akan tetapi penggunaan softlens yang terlalu

sering terkadang membuat iritasi pada kornea mata. Oleh karena itu, penggunaan kacamata lebih disarankan daripada penggunaan softlens. Sebagaimana kita tahu, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain bergaya hidup pro mata sehat, kita juga harus mngonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, sering berolahraga, dan beristirahat yang cukup.