Navigasi Pada Lumba

* The preview only display some random pages of manuals. You can download full content via the form below.

The preview is being generated... Please wait a moment!
  • Submitted by: Kartika Andria Pertiwi
  • File size: 598.7 KB
  • File type: application/pdf
  • Words: 4,187
  • Pages: 14
Report / DMCA this file Add to bookmark

Description

NAVIGASI PADA LUMBA-LUMBA Terlepas dari kesadaran manusia, ternyata beberapa hewan juga mampu berinteraksi dengan ilmu fisika, misalnya lumba-lumba.Lumba-lumba menggunakan suara untuk “melihat”. Mereka mengeluarkan suara dan mendengarkan pantulannya untuk mencari makanan dan navigasi sebagai pendeteksi kejadian seperti gempa. Gempa, getaran, dan bunyi saling berkaitan dalam hal yang satu membangkitkan yang lain. Gempa menyebabkan getaran, getaran menyebabkan bunyi. Jumlah getaran per detik adalah frekuensi. Getaran dan bunyi merambat melalui gerak gelombang. Maka dari satu titik asal gempa, efek getaran, bunyi, dan kerusakan yang disebabkannya bisa dirasakan dalam kawasan yang luas. Pada saat hendak terjadi gempa Kobe 1995 banyak orang melaporkan merasakan getaran dan mendengar bunyi berfrekuensi rendah dari bawah tanah. Fenomena ini telah menginspirasi para ahli gempa memasang seismograf dan hidrofon di bawah permukaan tanah atau di dasar laut. Lumba-lumba, memang bermain di kisaran bunyi berfrekuensi tinggi (ultrasonik) di antara 40.000 - 100.000 Hz (Ridgeway, 1990). Frekuensi bunyi setinggi itu sudah tak bisa ditangkap manusia sebab telinga manusia peka di frekuensi rendah (infrasonik) 20 - 17.000 Hz. Lumbalumba moncong botol bisa mendengar frekuensi rendah 1000 Hz, asal cukup keras. Gempa menghasilkan sinyal akustik (bunyi) gelombang-T dengan periode fase-T dan amplitudenya berhubungan dengan magnitude gempa. Gempa menghasilkan energi akustik berfrekuensi 5-100 Hz. Frekuensi serendah itu tidak akan bisa diindrai lumba-lumba. Maka, lumba-lumba bernavigasi kacau sebelum gempa Talaud kemarin mungkin tak ada hubungannya dengan getaran dan bunyi gempa.

Gambar.1 Bagian tubuh ikan lumba-lumba Gelombang EM diduga akan dibentuk oleh perubahan-perubahan stress (tekanan) yang dialami wilayah hiposentrum sebelum gempa terjadi. Gelombang EM ini naik ke atas ke permukaan Bumi juga menuju atmosfer dengan berbagai nilai konduktivitas listriknya. Gelombang EM dan konduktivitas listrik yang disebabkannya akan menyebabkan polarisasi awan terlihat tegak lurus di atmosfer.

Lumba-lumba punya sensor biomagnetit yang memberikannya electromagnetic sense yang dapat menghubungkan respon otaknya dengan berbagai fenomena elektromagnetik. Apakah semburan gelombang elektromagnetik dari gempa besar telah mengacaukan respon otak lumba-lumba sehingga kehilangan daya navigasinya.

Lumba-Lumba sang arsitek kapal selam

Lebih dari 70% permukaan bumi diliputi oleh air. Di kedalaman samudera, beragam makhluk berjumlah sangat besar hidup selaras satu sama lain. Salah satunya adalah sahabat kita, lumbalumba. Lumba-lumba adalah makhluk laut paling cerdas, ramah dan suka menolong. Mereka memahami perintah dengan baik dan tahu cara mematuhinya. Tubuh mereka diciptakan dengan bentuk yang sungguh menakjubkan. Melihat Dengan Suara Kita selalu melihat lumba-lumba di permukaan air. Tapi mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di kedalaman lautan; tempat yang menyulitkan untuk melihat sesama mereka dan mencari makan. Tapi, lumba-lumba dapat melihat lebih baik dalam gelapnya lautan daripada kemampuan kita melihat dalam terangnya cahaya. Lalu, bagaimanakah mereka dapat melakukan ini? Allah menciptakan lumba-lumba dengan sistemnya yang lengkap dan sempurna, yang memungkinkan mereka menemukan arah dengan merasakan getaran suara. Para ilmuwan menamakan sistem ini “ekolokasi”. Bagaimana mereka dapat melakukannya? Lumba-lumba bernapas melalui lubang yang ada di atas kepalanya. Tepat di bawah lubang ini, terdapat kantung-kantung kecil berisi udara. Dengan mengalirkan udara melalui kantung-kantung ini, mereka menghasilkan suara bernada tinggi. Kantung udara ini berperan sebagai cermin akustik yang memfokuskan suara yang dihasilkan gumpalan kecil jaringan lemak yang berada tepat di bawah lubang pernapasan. Kemudian, suara ekolokasi ini dipancarkan ke arah sekitarnya secara terputus-putus. Suara lumba-lumba segera memantul kembali bila membentur benda apa pun. Lumba-lumba mendengarkan seksama pantulan suara ini. Gelombang suara ini ditangkap di bagian rahang bawahnya yang disebut “jendela akustik”. Dari sini, informasi suara diteruskan ke

telinga bagian tengah, dan akhirnya ke otak untuk diterjemahkan. Pantulan suara dari sekelilingnya memberi informasi rinci tentang jarak benda-benda dari mereka, berikut ukuran dan pergerakannya. Berkat perangkat ini, lumba-lumba dapat memindai wilayah yang luas; bahkan memetakan samudra. Inilah sistem sonar sempurna yang dengannya lumba-lumba memindai dasar laut layaknya alat pemindai elektronik. Sistem berteknologi tinggi yang terbuat dari daging dan tulang yang ditempatkan dalam tubuh seekor makhluk laut adalah bukti kehebatan dan kesempurnaan ciptaan Allah. Kapal selam modern menemukan arah dengan menggunakan sonar. Lumba-lumba telah menggunakan teknologi jutaan tahun lebih awal dibandingkan manusia yang baru menemukannya di abad ke-20. Mustahil seekor binatang mampu memiliki sistem sedemikian menakjubkan atas kehendaknya sendiri. Sistem tak tertandingi pada lumba-lumba adalah bukti bahwa Allah telah menciptakan mereka. Sistem sonar frekuensi tinggi ini tidak hanya berfungsi mengindra benda-benda di lautan. Lumba-lumba juga menggunakannya untuk mencari makan. Lumba-lumba dalam suatu kelompok mengarahkan gelombang suara kuat ini pada sekelompok ikan. Dengan cara ini, mereka membuyarkan kawanan ikan dan dengan mudah menangkapnya. Ikan dilumpuhkan dengan senjata ini, dan turut menjadi mangsa mudah bagi burung-burung laut. Lumba-lumba juga menggunakan sistem sonar untuk berkomunikasi secara mengagumkan. Mereka mampu saling berkirim pesan meski terpisahkan oleh jarak lebih dari 220 km. Artinya, seekor lumba-lumba di selat Bosphorus dapat berkomunikasi dengan rekannya di selat Dardanela. Lumba-lumba paling sering berkomunikasi secara menakjubkan untuk menemukan pasangan dan saling mengingatkan akan bahaya. Tidur Dengan Sebelah Mata dan Sebelah Otak Allah menciptakan setiap makhluk dengan sistem penglihatan menakjubkan sesuai keperluannya. Manusia memiliki mata mengagumkan yang memungkinkan mereka melihat di daratan. Tapi di dalam air, penglihatannya sangat kabur. Alasannya, mata manusia tidak mampu fokus di dalam air. Sebagai jalan keluar, kita menggunakan kacamata renang yang membentuk kantung udara di sekeliling mata. Kita hanya mampu melihat jelas dengan bantuan kacamata ini. Sama halnya, manusia menggunakan kamera berteknologi tinggi untuk memotret di dalam air. Mata lumba-lumba layaknya kamera khusus yang memungkinkan mereka melihat jelas di bawah dan di atas permukaan air. Mereka memiliki lensa mata kenyal yang dapat mengembang dan mengerut sehingga mampu berfokus di bawah dan di atas permukaan air. Ini sangat diperlukan bagi lumba-lumba. Setiap kali muncul ke permukaan, lumba-lumba secara seksama memperhatikan pergerakan kawanan burung di sekitar mereka. Sebab, di tempat burung berkumpullah terdapat sekumpulan ikan. Lumba-lumba sangat tahu akan hal ini, dan memanfaatkannya untuk mencari mangsa dengan mudah. Desain istimewa mata lumba-lumba juga melindungi mata mereka dari air laut yang asin.

Mata lumba-lumba memiliki ciri khusus lainnya: setiap mata dapat berfokus pada satu titik yang berbeda pada saat bersamaan. Karenanya, seekor lumba-lumba dapat melihat ke depan dengan satu mata untuk menentukan arah berenangnya sambil berjaga-jaga dari bahaya dengan mata yang lain. Bila perlu, lumba-lumba dapat menutup salah satu matanya dan mengisitirahatkan separuh otaknya. Selang beberapa lama, ia ganti melakukan hal yang sama pada mata dan separuh otaknya yang lain. Dengan cara ini, lumba-lumba tidak pernah tertidur penuh dan selalu terjaga dari bahaya. Pendukung teori evolusi menyatakan, makhluk hidup dengan seluruh sistem sempurnanya muncul ke dunia dengan sendirinya tanpa sengaja diciptakan. Jika ini benar, maka sistem sonar dan perangkat penglihatan lumba-lumba yang canggih itu juga ada karena kebetulan, padahal tak seorang pun akan berkata bahwa sistem sonar elektronik atau kamera ada dengan sendirinya tanpa sengaja dibuat. Anggapan bahwa mata lumba-lumba yang berteknologi jauh melebihi kamera biasa, atau desain sistem sonarnya terbentuk secara kebetulan semata, sungguh tidak masuk akal. Keberadaan perangkat berteknologi maju pada tubuh seekor makhluk hidup menunjukkan kita pada satu kenyataan pasti: Allah menciptakan lumba-lumba dan memberi mereka keistimewaan. Kulit Yang Bergerak Menggelombang Manusia berupaya membuat kapal laut yang tahan terhadap segala keadaan. Namun, ada satu lagi rintangan utama yang harus diatasi oleh kapal laut, yakni kuatnya gaya hambatan air. Semakin cepat kapal bergerak, semakin besar hambatan airnya. Karenanya, para insinyur hidrodinamika berusaha menjadikan hambatan ini sekecil mungkin ketika merancang kapal, perahu, dan kapal selam. Tenaga sangat besar pada motor pendorong kapal laut diperlukan guna mengimbangi gaya hambat ini. Lumba-lumba senang berenang dengan kecepatan tinggi. Tentunya, kapal laut dengan kecepatan seperti ini akan mengalami gaya hambat sangat kuat. Namun ini bukan masalah bagi lumbalumba karena Allah, yang menciptakan mereka dari ketiadaan, telah menciptakan segala perangkat yang mereka perlukan. Tubuh dan kulitnya dirancang khusus untuk mengurangi hambatan air sebanyak mungkin. Saat lumba-lumba mulai berenang cepat, lapisan tipis air terbentuk di permukan kulit mereka. Lapisan tipis air ini dinamakan “lapisan penghalang”. Kulit ini diciptakan dengan kelenturan yang memungkinkannya bergerak menggelombang ketika turbulensi terjadi. Kulit ini mencegah terjadinya gaya hambat air dengan bergerak menggelombang berlawanan arah dengan gerak turbulensi pada “lapisan penghalang”. Hasilnya, gerakan renang yang cepat tanpa menimbulkan suara. Desain ini sungguh merupakan keajaiban teknik. Setelah empat tahun penelitian, para insinyur Jerman yang menemukan desain kulit lumbalumba, menirunya dan berhasil membuat lapisan luar kapal selam dengan sifat yang sama. Kapal selam yang dirancang menggunakan lapisan ini berhasil menaikkan 250 % kecepatannya.

Rancangan menakjubkan yang berusaha ditiru oleh manusia ini mustahil ada begitu saja dengan sendirinya tanpa disengaja. Sistem sempurna tanpa cacat tersebut pastilah dibuat oleh suatu Kecerdasan Maha Tinggi. Sekali lagi, ini membuktikan kepada kita, Allah telah menciptakan lumba-lumba. Rancangan menakjubkan pada lumba-lumba hanyalah satu di antara contoh tak terhitung yang memperlihatkan kesempurnaan penciptaan. Dalam sebuah ayat Alquran, Allah mengungkapkan: Untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). (QS Qaaf [50]:8)

Senin, 31 Maret 2008 Jaringan Informasi Lumba-lumba Mengungguli Internet Temuan-temuan seorang ahli zologi telah memandu para insinyur yang

membangun jaringan-j aringan rumit seperti World Wide Web dan jejaring kisi-kisi listrik ke arah baru: lumba-lumba. David Lusseau dari Universitas Otago memelajari suatu kelompok yang terdiri atas 64 lumba-lumba hidung botol selama rentang masa tujuh tahun. (1) Ia menemukan di antara mereka adanya suatu tatanan sosial yang mirip dengan yang ada pada manusia dan jaringan buatan manusia. Telaah matematis Lusseau diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society.(2) Banyak jaringan rumit, termasuk masyarakat manusia, memiliki ciri-ciri yang memungkinkan pertukaran cepat informasi di kalangan anggotanya. Kajian oleh peneliti Selandia Baru ini menunjukkan bahwa masyarakat binatang juga tersusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan penerusan informasi secara cepat dan efisien. Makhluk-makhluk berumur panjang seperti gorila, kijang, gajah, dan lumba-lumba hidung botol bergantung pada lingkungan mereka dalam penyampaian informasi. Dalam pengamatan-pengamatannya, Lusseau memusatkan diri pada anggota-anggota kawanan yang lebih sering tampak bersama. Ia menyadari bahwa kelompok ini terdiri sebagian besar atas betina-betina dewasa, dan mereka berfungsi sebagai pusat-pusat penyampaian informasi bagi masyarakatnya. Untuk mengukur aliran informasi dalam sebuah sistem, cukuplah dengan melihat pada titiktitik pusat yang dilalui aliran informasi itu dan menghitung jumlah

unsur yang diperlukan dalam perjalanan itu dari titik pangkal hingga titik ujung. Lusseau menggunakan teknik pengukuran ini, yang disebut dengan “diameter”. Ketika hasil-hasil yang diperolehnya menggunakan cara ini dibandingkan dengan data yang diungkapkan oleh Internet, ia mendapati dirinya berhadapan dengan kenyataan yang menakjubkan. Lamanya penyampaian informasi bertambah ketika sejumlah besar titik yang membentuk hubungan-hubungan pada Internet dibuang. Ketika hanya 2% simpul dengan kaitan terbanyak pada Internet dikeluarkan dari sistem, diperlukan dua kali jauhnya untuk berjalan dari satu unsur ke unsur lainnya. Akan tetapi, di kalangan lumba-lumba, keadaannya berbeda. Lusseau memantau lumba-lumba menggunakan tanda-tanda pada sirip-sirip punggung dan mengamati bahwa ketika anggota-anggota yang bertindak sebagai pusat komunikasi meninggalkan kelompoknya, masyarakat lumba-lumba menunjukkan daya tahan yang besar. Kepaduan masyarakat lumba-lumba tidak terpengaruh oleh ketiadaan anggotaanggota kunci. Daya tahan ini memungkinkan masyarakat lumba-lumba tetap terus berada dalam keadaan sehat bahkan jika sepertiga anggotanya hilang. Sang peneliti menyatakan bahwa berkat sistem ini, jaringan dapat tetap bertahan bahkan di hadapan bencana kematian. Lebih lagi, ia berpendapat bahwa sifat-sifat ini dapat diterapkan pada jaringan buatan manusia seperti World Wide Web. Sebagaimana kita lihat, ada penataan pada lumba-lumba yang terlindung lebih baik daripada jaringan komunikasi yang membangun Internet dan berfungsi lebih ampuh pada saat simpul-simpul utama tercerabut. Adanya ciri seperti itu pada lumba-lumba berarti bahwa aneka syarat mesti diperhitungkan. Misalnya, beberapa tahap, seperti menghitung beban yang akan ditimpakan pada titik-titik hubungan dalam rangka menata Internet dan menaksir di awal bagaimana keseluruhan jaringan akan terpengaruh jika titik-titik itu tercerabut dari sistem, dilakukan oleh para insinyur jaringan dan ini membuat informasi berjalan dalam sistem seefisien mungkin. Keberadaan para insinyur yang menghitung dan menata aliran informasi pada Internet menunjukkan adanya kecerdasan unggul yang mengatur jaringan informasi pada lumba-lumba dan banyak mahluk hidup lain sejenisnya di alam. Tidak dapat diragukan bahwa kecerdasan unggul ini adalah Allah yang Mahatahu, Mahakuasa. Penciptaan jaringan informasi pada lumba-lumba ini adalah perwujudan dari namaNya yang Maha Pengasih. Kasih Allah diwujudkan dalam jaringan informasi ini sebagaimana berikut: Cara makhluk-makhluk hidup seperti lumba-lumba, yang tinggal dalam perairan terbuka dan dekat dengan permukaan, berperilaku sebagai satu kelompok amatlah penting. Gaya hidup ini memberikan keuntungan dalam hal bersiaga terhadap pemangsa, maupun ketika berburu. Berkat arus informasi yang sinambung di kalangan betina-betina dewasa di dalam kelompok, anggota-anggota lain dipasok dengan informasi tentang kedudukan mangsa dan pemangsa, yang akibatnya kelompok ini dibantu dalam berperilaku secara padu. Jika

aliran informasi pada lumba-lumba ini menjadi timpang karena kehilangan satu lumba-lumba yang diakibatkan oleh pemangsa, maka larinya lumba-lumba lain akan tidak berarti, dan anggota-anggota yang tak berpeluang berkomunikasi akan terpaksa menyebar dan akhirnya menjadi santapan pemangsa-pemangsa lainnya. Akan tetapi, jaringan informasi yang diciptakan pada lumba-lumba oleh Allah tidak terputus pada saat-saat seperti itu, dan membuat para anggota kawanan bertahan hidup dengan menjaga kepaduan kelompok. Allah mewahyukan hal berikut ini dalam salah satu ayat Al Qur'an: “Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.” (QS Asy Syu'araa, 26:9)

Bagaimana Cara Lumba-Lumba Berkomunikasi?

Written By Mimi Emi on Jumat, 13 Juli 2012 | 00.19

Lumba-lumba adalah mamalia yang sangat cerdas, dengan kemampuan luar biasa untuk belajar memahami bahasa kita. Tapi kita mendapat pengetahuan lebih tentang perilaku mereka, kita juga datang untuk mengetahui kebenaran bahwa mereka mungkin memiliki bahasa mereka sendiri atau setidaknya sistem yang kompleks untuk berkomunikasi dengan satu sama lain.

Sebuah pertanyaan besar yang dihadapi ahli biologi laut hari ini adalah apakah kita akan bisa memahami apa yang benar-benar mereka katakan? Untungnya, ilmu pengetahuan dapat membantu kita untuk membangun Dholpin Rosetta Stone.

Lumba-lumba, seperti manusia, mencurahkan sebagian besar dari genom untuk pengembangan sistem saraf, indikasi kuat bahwa kapasitas kognitif mereka dapat dibandingkan dengan kita sendiri.

Dan seperti kita, mereka memiliki otak yang besar dan kapasitas untuk berpikir tingkat tinggi. Mereka hidup dalam pengaturan hirarki, terlibat dalam fisi-fusi pengaturan sosial (yang berarti lumba-lumba datang dan pergi antara kelompok sesuka mereka), bekerja sama, dan menunjukkan kepribadian unik.

Lebihnya mereka juga dapat lulus tes cermin (yang menunjukkan bahwa mereka memiliki kesadaran diri yang kuat) dan mampu merespon perintah yang dikeluarkan dari monitor televisi, tidak banyak hewan dapat melakukan hal ini, termasuk beberapa primata.

Dan sebagai mamalia sangat yang sangat bersosialisasi, mereka juga mungkin memiliki kebutuhan komunikatif yang sama. Kita tentu tahu bahwa mereka memiliki kapasitas untuk memahami bahasa, tapi apa yang tidak kita ketahui adalah berapa banyak bahasa yang mereka miliki. jelas yang mengetahui hal tersebut adalah mereka sendiri.

Lumba-lumba jelas memiliki sarana untuk berkomunikasi, dan mereka melakukannya dengan berbagai suara, termasuk peluit, ledakan-pistol, dan klik. Persis apa yang mereka katakan dengan semua suarasuara tersebut, bagaimanapun, tetap akan menjadi misteri, tetapi setelah bertahun-tahun penelitian, ahli biologi laut mulai mendapatkan jawabannya.

Dan ilmuwan percaya klik digunakan untuk echolocation. Hal ini memungkinkan lumba-lumba untuk memeriksa lingkungan mereka melalui suara, mendengarkan gema yang kembali dari obyek yang ditabrak oleh klik. Mereka juga dapat digunakan untuk komunikasi, dan ahli biologi laut sedang mempelajari mereka untuk memahami jika hal ini terjadi.

Suara tembakan dapat mengindikasikan keadaan emosi lumba-lumba, mulai dari kesenangan untuk marah - tapi kita belum mempelajari jenis vokalisasi yang sangat teliti, dan kami masih harus banyak belajar tentang mereka.

Dan untuk peluit, orang masih memperdebatkan apakah, atau berapa banyakkah komunikasi peluit yang disengaja sebagai lawan yang tidak disengaja (stres bersuara, misalnya). Tapi satu hal menjadi semakin jelas: peluit mungkin sebenarnya adalah nama-nama lumba-lumba.

Atau setidaknya, mungkin peluit adalah cara bagi lumba-lumba untuk mengidentifikasi diri. Satu orang yang secara serius mempertimbangkan kemungkinan ini Princeton Tara Thean yang telah bekerja dengan Program Penelitian Dolphin Sarasota. Thean telah menghabiskan waktu dengan lumba-lumba botol mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang baik tentang bagaimana mereka mungkin menggunakan peluit untuk memanggil satu sama lain dan berkomunikasi.

Thean memberitahu io9 bahwa lumba-lumba mungkin menggunakan peluit mereka sebagai alat untuk mengidentifikasi satu sama lain. "Mereka pada dasarnya menggunakan sinyal akustik stereotip yang mengidentifikasi penelepon," katanya. "Dolphins mendapatkan peluit khas ini sejak berusia satu tahun." Bagaimanapun "peluit tanda tangan" ini muncul, tetap menjadi misteri.

Bahkan setelah mendengarkan dengan teliti selama berminggu-minggu, Thean mencatat bahwa peluit identifikasi tidak pernah bekerja secara acak dan selalu konsisten. Bahkan, ia mendengarkan peluit identifikasi sejak beberapa tahun dan beberapa dari mereka tetap persis sama dengan yang masih digunakan sekarang ini.

Adapun alasan di balik peluit tanda tangan, satu kemungkinan adalah kebutuhan untuk "panggilan kohesi". Dolphins tidak hidup dalam kelompok stabil, melainkan berbaur masuk dan keluar dari berbagai kelompok. "The fluiditas kelompok-kelompok ini menciptakan kebutuhan yang lebih besar bagi lumbalumba untuk menelepon dan mengidentifikasi satu sama lain," Thean mengatakan, "Jika tidak, mereka akan kehilangan satu sama lain sementara mereka bergerak masuk dan keluar dari kelompok tersebut." Menariknya, lumba-lumba juga mungkin dapat meniru peluit tanda tangan lumba-lumba lain, indikasi bahwa mereka memanggil satu sama lain. Tempat lain yang baik untuk belajar komunikasi lumba-lumba adalah dengan mengamati praktek berburu mereka yang sangat kompleks.

Lumba-lumba spinner, misalnya, yang bekerja secara kolektif untuk berburu lanternfish. Grup dari sekitar 20 lumba-lumba telah diamati mendekati konsentrasi mangsa dan kemudian menarik ke dalam formasi melingkar ketat. Pada saat yang sama mereka berurutan berenang naik turun secara vertikal melakukan semacam "gelombang".

Lumba-lumba kemudian terus mengencangkan unit lingkaran dan membentuk 10 pasang. Pasangan pukul satu siang dan akan bergerak pada 07:00 , makan selama 15 detik, dan mundur kembali ke lingkaran. Kemudian pasang pada pukul dua dan melakukan hal yang sama pada 08:00. Hal ini berlangsung selama sekitar lima menit, selama waktu tersebut masing-masing lumba-lumba mendapat dua peluang untuk mecari makan. selain hal tersebut mereka juga muncul ke permukaan untuk bernapas, sambil mempertahankan lingkaran. Setiap lumba-lumba mengambil satu napas, dan proses dimulai lagi. Kerja sama dan sinkronisasi luar biasa, karena setiap penyimpangan dari proses tersebut akan menyebabkan itu runtuh.

Menurut Kelly biologi laut Benoit-Burung, komunikasi harus terlibat untuk bekerja. Para peneliti telah memperhatikan bahwa lumba-lumba tidak menggunakan peluit mereka selama latihan makan, yang biasanya hanya digunakan selama tidak mencari makan dan ketika mereka resurfacing. Sebaliknya, lumba-lumba menggunakan suara mereka mengklik, dengan tingkat klik tertinggi terjadi sesaat sebelum mencari makan.

Ini belum jelas apakah klik ini sedang digunakan secara eksklusif untuk echolocation, atau untuk sesuatu yang lain. Tidak seperti peluit, yang omni-directional, klik sangat terarah seperti laser. Benoit-Burung percaya bahwa klik dapat digunakan sebagai strategi untuk berkomunikasi hanya di dalam kelompok dan tidak lain predator lanternfish potensial. Kerja yang lebih jelas perlu dilakukan.

Apakah mereka mengerti matematika?

Cara lain mungkin retak kode bahasa lumba-lumba adalah dengan menggunakan matematika. Dalam sebuah artikel Wired dari tahun lalu, Danielle Venton mengambil melihat karya Laurance Doyle, anggota lembaga SETI. Sekarang, sementara yang mungkin terdengar seperti tempat yang aneh untuk mempelajari lumba-lumba, ide dasarnya adalah bahwa jika kita dapat memecahkan kode lumba-lumba, mungkin sekali kita dapat mengetahuinya, atau apakah makhluk luar angkasa mungkin akan mengatakan kepada kita suatu hari nanti juga.

Untuk melakukannya, Doyle menggunakan teori informasi, yang merupakan cabang dari matematika yang terlihat pada struktur dan hubungan informasi. Dengan menggunakan teori informasi, misalnya, mungkin itu untuk memisahkan kode biner dari acak 0 dan 1 tersebut. Ini melalui jenis analisis yang peneliti tahu bahwa lumba-lumba betis ocehan seperti bayi manusia, tetapi bahwa orang dewasa

memancarkan informasi aktual. Kerja Doyle menunjukkan bahwa memang ada beberapa substansi linguistik untuk suara yang dihasilkan oleh lumba-lumba, dan bahwa mereka mengikuti aturan dasar tata bahasa dan sintaks.

Langkah berikutnya adalah entah bagaimana menguraikan informasi ini ke dalam sesuatu yang dapat kita mengerti. Mengingat bahwa kita tidak memiliki lumba-lumba Rosetta Stone, ini bisa menjadi tugas yang monumental. Memang, melihat pertumbuhan badan penelitian, itu tidak segera jelas bahwa kita akan tahu tentang semua kompleksitas bahasa lumba-lumba dan komunikasi. Tapi yang jelas adalah bahwa penelitian yang sedang berlangsung adalah memperkenalkan beberapa wawasan luar biasa ke dalam kecanggihan komunikasi lumba-lumba dan perilakunya.

03 Maret 2008 Lumba-lumba Berkomunikasi Sejauh 220 Km 0 0 LUMBA-lumba merupakan hewan yang memiliki daya berpikir lebih tinggi ketimbang binatang lain pada kelas yang sama, yaitu mamalia. Ia juga dikenal sangat ramah dan suka menolong. Tidak heran jika lumba-lumba kerap unjuk kebolehan di berbagai tempat hiburan. Lumba-lumba dapat menolong manusia, misalnya saat tenggelam di laut. Jika sudah terlatih, bahkan mampu melakukan berbagai atraksi, antara lain menerobos lingkaran api. Binatang ini mudah dilatih, karena dapat memahami perintah dengan baik dan tahu cara mematuhinya. Sejak dulu, manusia senantiasa tertarik dengan kisah lumba-lumba. Bangsa Romawi Kuno pun telah membuat gambar mozaik lumba-lumba sekitar 2.000 tahun lalu. Habitat aslinya adalah samudera bersuhu sedang dan tropis. Panjang tubuh sekitar 150-250 cm. Ia termasuk hewan sosial, karena selalu hidup dalam komunitas yang terdiri atas 20-100 ekor, bahkan lebih. Di dunia ini terdapat 40-an jenis lumba-lumba. Sebagai mamalia, lumba-lumba bernafas dengan paru-paru. Itu sebabnya, dia bernafas di permukaan air selama beberapa kali dalam satu menit. Ia mengambil napas melalui lubang di atas kepala. Tetapi dia mampu menyelam selama lima menit atau lebih, hingga kedalaman 280 meter, untuk menangkap ikan-ikan yang menjadi santapannya. Menyusui Anak

Mamalia merupakan salah satu kelas dalam taksonomi (pengelompokan) hewan. Semua hewan yang melahirkan (dan menyusui anak) termasuk dalam kelas mamalia. Bayi lumba-lumba yang baru lahir akan dibawa induknya ke permukaan laut, agar bisa menghirup udara. Induk menyusui anaknya dengan susu gurih, serta menyediakan energi bagi anaknya supaya cepat tumbuh besar. Biasanya setiap anak lumba-lumba selalu berada di dekat induknya, sehingga induk bisa melindunginya dari bahaya. Induk memanggil anak-anaknya dengan siulan khusus. Seekor lumba-lumba tidak bisa tidur nyenyak di bawah air, karena bisa tenggelam. Ia hanya setengah tidur beberapa saat dalam sehari. Makanan lumba-lumba terdiri cumi dan ikan (terutama mullet abu-abu). Terkadang ia akan menggiring kawanan ikan agar mudah ditangkap. Salah satu musuh besar lumba-lumba adalah hiu. Dia melindungi diri dengan gigi-giginya, terkadang menggunakan paruhnya sebagai pelantak. Cara Komunikasi Yang mengagumkan, lumba-lumba dapat berkomunikasi dengan sesama pada jarak yang amat jauh, bahkan hingga 220 km! Komunikasi dilakukan untuk menemukan pasangan atau mengingatkan akan bahaya yang datang mengancam. Bagaimana cara berkomunikasi sejauh itu? Di bawah lubang pernafasan terdapat kantongkantong kecil berisi udara. Aliran udara di kantong-kantong ini mampu menghasilkan suara bernada tinggi, yang berfungsi sebagai cermin akustik. Suara kantong-kantong ini bisa digunakan untuk mengetahui suasana sekitarnya, karena penglihatan lumba-lumba kurang baik. Melalui pantulan suara (ekolasi) inilah, mamalia laut itu dapat mengetahui situasi sekitar meski dalam keadaan gelap. Suara ekolasi yang keluar akan dipancarkan terputus-putus, kemudian memantul dan ditangkap oleh rahang bawahnya. Selanjutnya, informasi akan diteruskan ke telinga bagian tengah dan otak. Berkat peranti ini, lumba-lumba dapat memindai wilayah yang luas, bahkan memetakan samudera. Suara ini juga digunakan lumba-lumba untuk berkomunikasi dengan sesamanya hingga sejauh 220 km. Hebat bukan? (Lisna Nurrohmawati-32)

Senin,

26

LUMBA-LUMBA

GUNAKAN

September

MEKANISME

KOMUNIKASI

2011

MIRIP

MANUSIA

(Epochtimes.co.id) Suara semacam siulan yang dikeluarkan oleh lumba-lumba ternyata tidak benar-benar merupakan siulan, berdasarkan sebuah studi baru yang diterbitkan online dalam “Biology Letters” pada 7 September. Istilah “siul” telah digunakan sejak makalah tentang lumba-lumba diterbitkan pada 1949. Tetapi siulan tersebut sebenarnya merupakan suara getaran yang dihasilkan dalam rongga hidung, menggunakan struktur yang disebut phonic bibir, yang memungkinkan lumbalumba menghasilkan suara di kedalaman dan tekanan yang bervariasi. “Siulan” lumba-lumba sebenarnya merupakan getaran yang dihasilkan dalam rongga hidung. (STEPHANIE LAM/THE EPOCH TIMES)

Dipimpin oleh Peter Madsen dari Aarhus University Denmark, sebuah tim ilmuwan melakukan analisa ulang terhadap rekaman yang dibuat pada 1977 tentang lumba-lumba yang bernapas dengan sebotol heliox (campuran helium dan oksigen). Gas heliox ini ditujukan untuk mensimulasi kondisi tekanan udara selama lumba-lumba menyelam jauh ke dasar laut, karena menimbulkan nada suara 1,74 kali lebih tinggi dari udara normal. Namun ternyata siulan lumba-lumba tetap di nada dan frekuensi yang sama. Ini berarti nada siulan lumba-lumba tidak didefinisikan oleh besarnya rongga hidung, atau lebih tepatnya tidak “bersiul”. “Mereka mengeluarkan suara dengan membuat jaringan ikat di hidung bergetar pada frekuensi yang mereka inginkan, dengan menyesuaikan ketegangan otot dan aliran udara di atas jaringan,” kata Madsen, berdasarkan Discovery News. “Dan itu adalah cara yang sama dengan manusia membuat suara dengan pita suara kita untuk berbicara.” “Namun ini tidak berarti bahwa mereka berbicara seperti manusia. Mereka hanya berkomunikasi dengan suara yang dibuat dengan cara yang sama dengan manusia,” ujar Madsen kepada LiveScience.

Lumba-lumba mungkin bisa menghasilkan suara lebih luas menggunakan kemampuan vokal mereka karena tidak bergantung pada volume gas seperti layaknya bersiul. “Frekuensi mengalami perubahan karena berubahnya aliran udara dan ketegangan pada bibir jaringan ikat di hidung, lumba-lumba dapat mengubah frekuensi jauh lebih cepat daripada jika harus melakukannya dengan mengubah volume kantung udara,” kata Madsen, menurut LiveScience. ”Hal itu berarti terdapat potensi lebih besar untuk membuat suara mereka lebih bervariasi guna meningkatkan pertukaran informasi.” Tim peneliti percaya bahwa mekanisme seperti ini juga terdapat pada semua odontocetes (paus bergigi), seperti paus pembunuh dan pesut, karena anatomi hidung mereka semua mirip, dan mereka dapat membuat suara selama melakukan penyelaman di dasar laut. Seperti halnya siulan, lumba-lumba juga bisa membuat suara kompleks lain seperti celetukan dan klik-klik seperti bunyi kereta api. Mereka menggunakan suara ini untuk melakukan navigasi dan untuk berkomunikasi. Yang menarik, lumba-lumba dapat dilatih untuk bersiul layaknya manusia, namun Madsen meyakini bahwa mereka tidak akan melakukan hal ini di alam liar, karena mereka sudah dapat membuat suara yang sama dengan cara yang lebih bervariasi.

Sementara itu tim peneliti lain telah mengembangkan sebuah perangkat yang disebut CymaScope, yang dapat menguraikan bahasa lumba-lumba menjadi gambar-gambar yang disebut sebagai CymaGlyphs, atau pola kata-kata yang mewakili individu. Namun ini bukan seperti hieroglif pada batu Rosetta yang digunakan untuk memecahkan kode tulisan hieroglif Mesir kuno. “Terdapat bukti kuat bahwa lumba-lumba dapat „melihat‟ menggunakan suara mereka, layaknya manusia menggunakan USG untuk melihat janin dalam rahim ibu,” kata insinyur akustik John Stuart Reid, menurut Discovery News. “CymaScope ini menampilkan kepada kami sekilas pandangan yang mungkin dilihat lumba-lumba dengan menggunakan suara mereka,” tambah Reid. (The Epoch Times / osc)

Lumba-lumba dapat dilatih untuk bersiul, namun Madsen percaya bahwa mereka tidak akan melakukan hal ini di alam liar. (STEPHANIE LAM/THE EPOCH TIMES)

Tetap update Berita & Artikel di manapun dengan http://m.epochtimes.co.id dari browser ponsel anda!